SISTEM EKONOMI DAN SISTEM MATA
PENCAHARIAN SUKU TORAJA
Disusun oleh
: Aliya Dimarizkya
Kelas: 1EB26
Akuntansi
NPM :
20215559
Universitas
Gunadarma
DAFTAR
ISI
KATA
PENGANTAR................................................................................................
i
DAFTAR
ISI.............................................................................................................
ii
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah .................................................................3
1.2 Perumusan Masalah ......................................................................3
1.3 Tujuan ...........................................................................................3
1.4 Sistematika Penulisan ....................................................................3
BAB II SISTEM EKONOMI SUKU TORAJA
2.1 Sistem Ekonomi Suku Toraja...........................................................4
BAB III SISTEM MATA PENCAHARIAN SUKU TORAJA
3.1 Sistem Mata Pencaharian Suku Toraja..............................................5
BAB IV SIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA................................................................................7
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Sistem mata pencaharian serta
peralatan dan perlengkapan hidup manusia merupakan wujud kebudayaan yang
mempengaruhi kehidupan. Untuk menunjang kehidupan setiap masyarakat pasti
memiliki mata pencaharian utama, sehingga terdapat kelompok suku bangsa atau
komunitas wilayah tertentu memiliki mata pencaharian yang khas dibandingkan
dengan wilayah lainnya sebagai identitas warganya. Sistem mata pencaharian
hidup merupakan sumber kegiatan ekonomi masyarakatnya dalam memenuhi kebutuhan
hidup sehari-hari untuk melangsungkan kehidupannya. Setiap manusia wajib
memiliki sistem mata pencaharian demi kesejahteraan hidup di masyarakat serta
untuk memiliki kelas atau kedudukan tinggi jika mata pencahariannya cenderung
lebih baik. Namun di satu sisi, suatu wilayah tertentu masyarakatnya memiliki
mata pencaharian yang masih tergolong sederhana dalam upaya pemenuhan
kehidupannya, seperti bertani, berladang, dan beternak atau budidaya.
1.2 Perumusan Masalah
1. Bagaimana gambaran umum sistem ekonomi Suku Toraja?
2. Bagaimana gambaran umum sistem mata pencaharian Suku
Toraja?
1.3 Tujuan
1. Untuk memenuhi
tugas mata kuliah Ilmu Budaya Dasar dari dosen yang bersangkutan,
2. Mengetahui
ruang lingkup Sistem mata pencaharian dan sistem ekonomi
3. Mengetahui
sistem mata pencaharian yang ada di lingkungan Suku Toraja
1.4 Sistematika Penulisan
Makalah
ini disusun dalam tiga bab, yaitu pendahuluan, Sistem ekonomi Suku Toraja, dan
Sistem Mata Pencaharian Suku Toraja. Bab pertama merupakan pendahuluan yang
berisi latar belakang masalah, perumusan masalah, tujuan, sistematika penulisan.
Bab kedua memuat tentang sistem ekonomi Suku Toraja, Pada bab ketiga memuat
tentang sistem mata pencaharian Suku Toraja, Pada bagian akhir, simpulan dan
daftar pustaka.
BAB II
SISTEM EKONOMI SUKU TORAJA
2.1 Sebelum masa Orde Baru, ekonomi Toraja bergantung pada
pertanian dengan adanya terasering di lereng-lereng gunung dan bahan
makanan pendukungnya adalah singkong dan jagung. Banyak waktu dan tenaga dihabiskan suku Toraja
untuk berternak kerbau,
babi, dan ayam yang
dibutuhkan terutama untuk upacara pengorbanan dan sebagai makanan. Satu-satunya
industri pertanian di Toraja adalah pabrik kopi Jepang, Kopi Toraja.
Dengan dimulainya Orde Baru pada
tahun 1965, ekonomi Indonesia mulai berkembang dan membuka diri pada investasi
asing. Banyak perusahaan minyak dan pertambangan multinasional membuka usaha baru di Indonesia.
Masyarakat Toraja, khususnya generasi muda, banyak yang berpindah untuk bekerja
di perusahaan asing. Mereka pergi ke Kalimantan untuk kayu dan minyak, ke Papua untuk menambang, dan ke kota-kota di Sulawesi dan Jawa. Perpindahan ini terjadi sampai tahun 1985.
Ekonomi Toraja secara bertahap
beralih menjadi pariwisata berawal pada tahun 1984. Antara tahun 1984 dan 1997,
masyarakat Toraja memperoleh pendapatan dengan bekerja di hotel menjadi pemandu wisata, atau menjual
cinderamata. Timbulnya ketidakstabilan politik dan ekonomi Indonesia . pada akhir 1990-an (termasuk berbagai konflik
agama di Sulawesi) telah menyebabkan pariwisata Toraja menurun secara drastis.
Toraja lalu dikenal sebagai tempat asal dari kopi Indonesia. Kopi Arabika ini terutama dijalankan oleh
pengusaha kecil.
BAB III
SISTEM MATA
PENCAHARIAN SUKU TORAJA
3.1 Ekonomi Toraja secara bertahap beralih menjadi pariwisata
berawal pada tahun 1984. Antara tahun 1984 dan 1997, masyarakat Toraja
memperoleh pendapatan dengan bekerja di hotel, menjadi pemandu wisata, atau
menjual cinderamata. Timbulnya ketidakstabilan politik dan ekonomi Indonesia pada
akhir 1990-an (termasuk berbagai konflik agama di Sulawesi) telah menyebabkan
pariwisata Toraja menurun secara drastis. Sebagian besar penduduk Tana Toraja
adalah petani, sementara tenaga kerja lainnya bergerak di berbagai bidang,
antara lain di sektor–sektor : pemerintah, perdagangan, hotel dan restoran,
industri pengolahan, bangunan, angkutan, dan komunikasi, bank dan lembaga
keuangan, dan industri kerajinan. Sebelum masa Orde Baru, ekonomi Toraja
bergantung pada pertanian dengan adanya terasering di lereng-lereng gunung dan
bahan makanan pendukungnya adalah singkong dan jagung. Banyak waktu dan tenaga
dihabiskan suku Toraja untuk berternak kerbau, babi, dan ayam yang dibutuhkan
terutama untuk upacara pengorbanan dan sebagai makanan.Kopi Toraja. Satu-satunya
industri pertanian di Toraja adalah pabrik kopi Jepang, Dengan dimulainya Orde
Baru pada tahun 1965, ekonomi Indonesia mulai berkembang dan membuka diri pada
investasi asing. Banyak perusahaan minyak dan pertambangan Multinasional
membuka usaha baru di Indonesia. Masyarakat Toraja, khususnya generasi muda,
banyak yang berpindah untuk bekerja di perusahaan asing. Mereka pergi ke
Kalimantan untuk kayu dan minyak, ke Papua untuk menambang, dan ke kota-kota di
Sulawesi dan Jawa. Perpindahan ini terjadi sampai tahun 1985. Meskipun Toraja
pernah mengalami krisis tetapi mereka bisa melewati semuanya dengan membangun
di sektor pariwisatanya yang membuat banyak wisatawan mau mengunjungi tempat
seperti Toraja ini da bukan itu sama mereka mampu untuk membangun pendapatan
negara karena banyak wisatawan yang ingin melihat kehidupan betapanya sebuah
perkampungan atau suku yang masih menyimpan kesederhanaan. Terlindung aman di
luar gunung tinggi dan tebing batu granit, inilah tempat dimana
masyarakat Toraja tinggal, di sebuah lembah subur dengan terasering sawah
menghijau dan perkebunan kopi yang subur. Inilah salah satu tempat terindah di
Indonesia yang menyimpan daya magis dalam kultur extravaganza Tana Toraja serta
bebatuan megalitik Lore Lindu. Pesonanya terkuak ketika tengkorak-tengkorak
manusia menunjukan kemisteriusannya kepada Anda juga puluhan kerbau dan babi
yang pasrah disembelih untuk upacara kematian demi sebuah ritus ‘Orang Mati
yang Hidup’ . Melihat situs makam pahat di Lemo, makam goa purba di Londa, menhir
di Rante Karassik, dan perkampungan Kete Kesu unik. Semuanya terpeliharanya
dalam bingkai adat budaya karena masyarakatnya sangat menghormati leluhur
dengan tetap menjaga eksistensi pekuburannya. Dan setelah banyak wisatawan yang
datang mata pencarian sekarang bukan hanya dari pertanian dan tenun saja tetapi
sekarang sudah maju dengan membuat cinderamata untuk oleh-oleh bagi wisatawan
yang datang.
BAB IV
SIMPULAN
Masyarakat
Toraja banyak yang memiliki sawah sehingga sebagian besar penduduk Toraja
bermata pencaharian sebagai petani. Dalam rumah tangga bagi orang Suku Toraja
suami dan isteri sama-sama mencari nafkah, seperti dalam pertanian kalau suami
mencangkul disawah adalah kewajiban isteri menanaminya. Sistem
mata pencaharian hidup masyarakat Tana Toraja disebut Undaka Katuan , yang
bergerak di sektor pertanian. Hal ini disebabkan masih tersedianya lahan
pertanian/ perkebunan yang cukup luas, sedangkan sektor lapangan kerja lain
yang memungkinkan untuk menyerap tenaga kerja yang banyak dengan latar belakang
pendidikan relatif
rendah dapat dikatan masih sedikit. Mata pencaharian hidup di bidang pertanian
tersebut dikenal dengan istilah Mukhun Dilitak, yang dapat dibedakan atas
ma’palak (berkebun) dan ma’uma (bertani).
Selain mata pencaharian di bidang pertanian, banyak penduduk yang mengusahakan
jenis mata pencaharian yang lain seperti peternakan, industri kerajinan rakyat,
perdagangan dan karyawan (pemerintah atau swasta). Dalam sektor peternakan
jenis hewan ternak yang dipelihara antara kerbau, babi, itik, dan ayam serta
ikan mas. Sedangkan kerajinan rakyat, menghasilkan kerajinanukiran pada kayu
dan bambu anyaman dari bambu dan daun lontar, tenun, pandai besi, dan
lain-lain. Hasil produksi kerajinan rakyat setempat umumnya dijual dalam
bentuk souvenir untuk wisatawan, yang kebanyakan dijajakan di sekitar kawasan
objek wisata.
DAFTAR PUSTAKA