Komunikasi
Efektif
Berkomunikasi
efektif berarti bahwa komunikator dan komunikan sama-sama memiliki pengertian
yang sama tentang suatu pesan. Oleh karena itu, dalam bahasa asing orang
menyebutnya “the communication is in tune” ,yaitu kedua belah pihak yang
berkomunikasi sama-sama mengerti apa pesan yang disampaikan. Syarat-syarat untuk berkomunikasi secara
efektif adalah antara lain :
- Menciptakan suasana yang menguntungkan.
- menggunakan bahasa yang mudah ditangkap dan dimengerti.
- pesan yang disampaikan dapat menggugah perhatian atau minat di pihak komunikan.
- Pesan dapat menggugah kepentingan dipihak komunikan yang dapat menguntungkannya.
- Pesan dapat menumbuhkan sesuatu penghargaan atau reward di pihk komunikan.
Keterampilan dalam berkomunikasi secara efektif dapat dipelajari dan dikuasai
dengan latihan rutin dan berkesinambungan secara terus menerus. Untuk dapat melakukan
komunikasi efektif ada beberapa hal yang tidak boleh dilakukan yaitu :
1.
Menganalisa
2.
Menyalahkan
3.
Menghakimi
4.
Menasehati
5.
Menginterogasi
Keterampilan
yang harus dimiliki dalam melakukan komunikasi efektif adalah keterampilan
mendengarkan dan bertanya. Dalam proses berkomunikasi, seseorang harus mampu
mendengarkan dan memahaminya dengan baik. Kemudian mengajukan
pertanyaan-pertanyaan yang saling memiliki keterkaitan dan mengarah pada suatu
solusi atau ketenangan untuk masing-masing pihak. Sehingga tujuan utama dalam
komunikasi yang efektif adalah sebuah win-win solution. Tak ada satupun orang
yang mau disalahkan, inilah konsep dasar dari komunikasi efektif. Dengan
berkomunikasi efektif kita dapat menunjukan kepribadian yang berkarakter
positif dan membuka diri untuk selalu tumbuh dan berkembang menuju kesuksesan
secara bersama-sama.
Ciri
– Ciri Komunikasi Efektif
1.
Istilah.
Penggunaan istilah yang diartikan “sama” antara pengirim dan penerima pesan merupakan aturan dasar untuk mencapai komunikasi yang efektif. Kata – kata yang samar artinya ( mempunyai lebih dari satu makna) dapat menimbulkan kebingungan dan salah pengertian.
Penggunaan istilah yang diartikan “sama” antara pengirim dan penerima pesan merupakan aturan dasar untuk mencapai komunikasi yang efektif. Kata – kata yang samar artinya ( mempunyai lebih dari satu makna) dapat menimbulkan kebingungan dan salah pengertian.
2.
Spesifik.
Pesan yang di pertukarkan harus spesifik. Maksudnya, pesan yang disampaikan harus jelas, sehingga si penerima pesan dapat menerima dan mengulangi dengan benar.
Pesan yang di pertukarkan harus spesifik. Maksudnya, pesan yang disampaikan harus jelas, sehingga si penerima pesan dapat menerima dan mengulangi dengan benar.
3.
Tersusun Baik.
Pesan harus berkembang secara logis dan tidak boleh terpotong-potong.
Pesan harus berkembang secara logis dan tidak boleh terpotong-potong.
4.
Objektif, akurat, dan aktual.
Pengirim informasi harus berusaha menyampaikan pesan seobjektif mungkin.
Pengirim informasi harus berusaha menyampaikan pesan seobjektif mungkin.
5.
Efisien.
Pesan di sampaikan seringkas dan seoriginal mungkin serta harus berusaha untuk menghilangkan kata yang tidak relavan.
Pesan di sampaikan seringkas dan seoriginal mungkin serta harus berusaha untuk menghilangkan kata yang tidak relavan.
6.Hukum
Komunikasi Yang Efektif
Hukum
Komunikasi Yang Efektif (The 5 Inevitable Laws of Efffective Communication)
yang kami kembangkan dan rangkum dalam satu kata yang mencerminkan esensi dari
komunikasi itu sendiri yaitu REACH, yang berarti merengkuh atau meraih. Karena
sesungguhnya komunikasi itu pada dasarnya adalah upaya bagaimana kita meraih
perhatian, cinta kasih, minat, kepedulian, simpati, tanggapan, maupun respon
positif dari orang lain.
Hukum1:Respect
Hukum
pertama dalam mengembangkan komunikasi yang efektif adalah sikap menghargai
setiap individu yang menjadi sasaran pesan yang kita sampaikan. Rasa hormat dan
saling menghargai merupakan hukum yang pertama dalam kita berkomunikasi dengan
orang lain. Ingatlah bahwa pada prinsipnya manusia ingin dihargai dan dianggap
penting. Jika kita bahkan harus mengkritik atau memarahi seseorang, lakukan
dengan penuh respek terhadap harga diri dan kebanggaaan seseorang. Jika kita
membangun komunikasi dengan rasa dan sikap saling menghargai dan menghormati,
maka kita dapat membangun kerjasama yang menghasilkan sinergi yang akan meningkatkan
efektifitas kinerja kita baik sebagai individu maupun secara keseluruhan
sebagai sebuah tim.
Hukum2:Empathy
Empati
adalah kemampuan kita untuk menempatkan diri kita pada situasi atau kondisi
yang dihadapi oleh orang lain. Salah satu prasyarat utama dalam memiliki sikap
empati adalah kemampuan kita untuk mendengarkan atau mengerti terlebih dulu
sebelum didengarkan atau dimengerti oleh orang lain. Rasa empati akan
menimbulkan respek atau penghargaan, dan rasa respek akan membangun kepercayaan
yang merupakan unsur utama dalam membangun teamwork. Jadi sebelum kita
membangun komunikasi atau mengirimkan pesan, kita perlu mengerti dan memahami
dengan empati calon penerima pesan kita. Sehingga nantinya pesan kita akan
dapat tersampaikan tanpa ada halangan psikologis atau penolakan dari penerima. Empati
bisa juga berarti kemampuan untuk mendengar dan bersikap perseptif atau siap
menerima masukan ataupun umpan balik apapun dengan sikap yang positif. Banyak
sekali dari kita yang tidak mau mendengarkan saran, masukan apalagi kritik dari
orang lain. Padahal esensi dari komunikasi adalah aliran dua arah. Komunikasi
satu arah tidak akan efektif manakala tidak ada umpan balik (feedback) yang
merupakan arus balik dari penerima pesan. Oleh karena itu dalam kegiatan
komunikasi pemasaran above the lines (mass media advertising) diperlukan
kemampuan untuk mendengar dan menangkap umpan balik dari audiensi atau penerima
pesan.
Hukum3:Audible
Makna
dari audible antara lain: dapat didengarkan atau dimengerti dengan baik. Jika
empati berarti kita harus mendengar terlebih dahulu ataupun mampu menerima
umpan balik dengan baik, maka audible berarti pesan yang kita sampaikan dapat
diterima oleh penerima pesan. Hukum ini mengatakan bahwa pesan harus
disampaikan melalui media atau delivery channel sedemikian hingga dapat
diterima dengan baik oleh penerima pesan. Hukum ini mengacu pada kemampuan kita
untuk menggunakan berbagai media maupun perlengkapan atau alat bantu audio
visual yang akan membantu kita agar pesan yang kita sampaikan dapat diterima
dengan baik. Dalam komunikasi personal hal ini berarti bahwa pesan disampaikan
dengan cara atau sikap yang dapat diterima oleh penerima pesan.
Hukum4:Clarity
Selain
bahwa pesan harus dapat dimengerti dengan baik, maka hukum keempat yang terkait
dengan itu adalah kejelasan dari pesan itu sendiri sehingga tidak menimbulkan
multi interpretasi atau berbagai penafsiran yang berlainan. Ketika saya bekerja
di Sekretariat Negara, hal ini merupakan hukum yang paling utama dalam
menyiapkan korespondensi tingkat tinggi.
Karena
kesalahan penafsiran atau pesan yang dapat menimbulkan berbagai penafsiran akan
menimbulkan dampak yang tidak sederhana.
Clarity
dapat pula berarti keterbukaan dan transparansi. Dalam berkomunikasi kita perlu
mengembangkan sikap terbuka (tidak ada yang ditutupi atau disembunyikan),
sehingga dapat menimbulkan rasa percaya (trust) dari penerima pesan atau
anggota tim kita. Karena tanpa keterbukaan akan timbul sikap saling curiga dan
pada gilirannya akan menurunkan semangat dan antusiasme kelompok atau tim kita.
Hukum5:Humble
Hukum
kelima dalam membangun komunikasi yang efektif adalah sikap rendah hati. Sikap
ini merupakan unsur yang terkait dengan hukum pertama untuk membangun rasa
menghargai orang lain, biasanya didasari oleh sikap rendah hati yang kita
miliki. Jika komunikasi yang kita bangun didasarkan pada lima hukum pokok
komunikasi yang efektif ini, maka kita dapat menjadi seorang komunikator yang
handal dan pada gilirannya dapat membangun jaringan hubungan dengan orang lain
yang penuh dengan penghargaan (respect), karena inilah yang dapat membangun
hubungan jangka panjang yang saling menguntungkan dan saling menguatkan.
Karena:
Komunikasi yang intensif antara Najwa dan tokoh-tokoh diwawancarainya selalu menarik perhatian khalayak. Banyak hal yang mendasarinya. Untuk menjadi interviewer seperti Najwa, orang harus punya modal kapasitas yang mumpuni terhadap topik dan tokoh yang hendak ditayangkan di layar kaca. Intelektualitas secara umum sudah pasti menjadi dasarnya. Selain itu, seorang Najwa memiliki kemampuan berbicara yang runtut tatabahasanya, kemampuan dalam diksi (pemilihan kata) yang tepat dan provokatif, dan gaya berbicara yang cepat tetapi tepat. Sehingga, pertanyaan-pertanyaan yang diajukan dikemas dengan bahasa yang halus, dan dihindari topik yang dapat menyinggung perasaan interviewee. Topik yang ditanyakan pun bersifat opini umum dari si interviewee, bukan opini tentang topik privacy-nya.
sumber: https://edoparnando27.wordpress.com/komunikasi-efetif/
http://www.kompasiana.com/disti/inilah-kiat-bila-diwawancarai-najwa-shihab_552fd9646ea834cb508b45ab
Menurut saya, saya lebih menyukai gaya komunikasi pembawa
acara:
NAJWA SHIHAB
Komunikasi yang intensif antara Najwa dan tokoh-tokoh diwawancarainya selalu menarik perhatian khalayak. Banyak hal yang mendasarinya. Untuk menjadi interviewer seperti Najwa, orang harus punya modal kapasitas yang mumpuni terhadap topik dan tokoh yang hendak ditayangkan di layar kaca. Intelektualitas secara umum sudah pasti menjadi dasarnya. Selain itu, seorang Najwa memiliki kemampuan berbicara yang runtut tatabahasanya, kemampuan dalam diksi (pemilihan kata) yang tepat dan provokatif, dan gaya berbicara yang cepat tetapi tepat. Sehingga, pertanyaan-pertanyaan yang diajukan dikemas dengan bahasa yang halus, dan dihindari topik yang dapat menyinggung perasaan interviewee. Topik yang ditanyakan pun bersifat opini umum dari si interviewee, bukan opini tentang topik privacy-nya.
sumber: https://edoparnando27.wordpress.com/komunikasi-efetif/
http://www.kompasiana.com/disti/inilah-kiat-bila-diwawancarai-najwa-shihab_552fd9646ea834cb508b45ab