KRIMINALITAS DI KOTA BESAR
Sabtu, 30 April 2016
TULISAN 5 PEREKONOMIAN INDONESIA
TUGAS 7 PEREKONOMIAN INDONESIA
Sektor Pertanian dan perannya dalam
perekonomian Indonesia
Struktur perekonomian
Indonesia tentang bagaimana
arah kebijakan perekonomian Indonesia merupakan isu menarik. Gagasan mengenai
langkah-langkah perekonomian Indonesia menuju era industrialisasi, dengan
mempertimbangkan usaha mempersempit jurang ketimpangan sosial dan pemberdayaan
daerah, sehingga terjadi pemerataan kesejahteraan kiranya perlu kita evaluasi
kembali sesuai dengan konteks kekinian dan tantangan perekonomian Indonesia di
era globalisasi (Firmanzah,
2010).
Tantangan perekonomian di era globalisasi ini masih sama dengan era sebelumnya, yaitu bagaimana subjek dari perekonomian Indonesia, yaitu penduduk Indonesia sejahtera. Indonesia mempunyai jumlah penduduk yang sangat besar, sekarang ada 235 juta penduduk yang tersebar dari Merauke sampai Sabang. Jumlah penduduk yang besar ini menjadi pertimbangan utama pemerintah pusat dan daerah, sehingga arah perekonomian Indonesia masa itu dibangun untuk memenuhi kebutuhan pangan rakyatnya.
Berdasarkan pertimbangan ini, maka sektor pertanian menjadi sektor penting dalam struktur perekonomian Indonesia. Seiring dengan berkembangnya perekonomian bangsa, maka kita mulai mencanangkan masa depan Indonesia menuju era industrialisasi, dengan pertimbangan sektor pertanian kita juga semakin kuat. Lewat tabel I ini, kita bisa mengetahui sektor-sektor yang bergerak lewat pertanian.
Tantangan perekonomian di era globalisasi ini masih sama dengan era sebelumnya, yaitu bagaimana subjek dari perekonomian Indonesia, yaitu penduduk Indonesia sejahtera. Indonesia mempunyai jumlah penduduk yang sangat besar, sekarang ada 235 juta penduduk yang tersebar dari Merauke sampai Sabang. Jumlah penduduk yang besar ini menjadi pertimbangan utama pemerintah pusat dan daerah, sehingga arah perekonomian Indonesia masa itu dibangun untuk memenuhi kebutuhan pangan rakyatnya.
Berdasarkan pertimbangan ini, maka sektor pertanian menjadi sektor penting dalam struktur perekonomian Indonesia. Seiring dengan berkembangnya perekonomian bangsa, maka kita mulai mencanangkan masa depan Indonesia menuju era industrialisasi, dengan pertimbangan sektor pertanian kita juga semakin kuat. Lewat tabel I ini, kita bisa mengetahui sektor-sektor yang bergerak lewat pertanian.
Sektor pertanian terdiri atas:
|
||
1. Tanaman
pangan
1.1.Tanaman Palawija biasanya palawija
berupa tanaman kacang-kacangan, serealia selain padi (seperti jagung), dan
umbi-umbian semusim (ketela pohon dan ubi jalar).
1.2.Padi
Keanekaragaman
budidaya:
-
Padi gogo
-
Padi rawa
|
Beberapa masalah dalam produksi palawija :
-
Rendahnya produktivitas lahan.
-
Rendahnya tingkat penggunaan lahan.
-
Benih atau bibit masih bersifat lokal.
-
Pengelolaan yang masih tradisional.
-
Tingginya tingkat susutan pasca panen.
|
|
2. Perkebunan
-
Perkebunan rakyat.
-
Perkebunan besar.
|
Pengusahaan tanaman perkebunan tersebut berlangsung
dualistis, yaitu :
-
Diselenggarakan rakyat secara perorangan.
-
Diselenggarakan oleh perusahaan perkebunan (pemerintah atau swasta).
|
|
3. Kehutanan
SUB SEKTOR KEHUTANAN
-
Penebangan kayu
-
Pengambilan hasil hutan lain
-
Perburuan
|
Hutan berdasarkan tata guna :
1. Hutan
lindung.
2. Suaka alam
dan hutan wisata.
3. Hutan
produksi terbatas.
4. Hutan
produksi tetap.
5. Hutan
produksi yang dapat dikonversi.
|
|
4. Peternakan
|
BPS dalam
melakukan perhitungan produksi pada sektor ini didasarkan pada :
– - Data
pemotongan.
– - Selisih
stok atau perubahan
– - populasi.
– - Ekspor
netto.
|
|
5. Perikanan
|
Faktor penyebab lambannya pertumbuhan sub sektor ini :
-
Sarana yang kurang memadai
-
Larangan mengoperasikan pukat harimau (trawl).
-
Adanya pencurian ikan secara besar-besaran oleh kapal asing tanpa berhasil
ditangkap oleh satuan patroli pantai perairan Indonesia.
-
Berkaitan dengan perikanan darat khususnya udang, yaitu rendahnya
produktivitas lahan udang.
|
Potensi bidang pertanian Indonesia
Seiring dengan transisi
(transformasi) struktural ini sekarang kita menghadapi berbagai permasalahan.
Di sektor pertanian kita mengalami permasalahan dalam meningkatkan jumlah
produksi pangan, terutama di wilayah tradisional pertanian di Jawa dan luar
Jawa. Hal ini karena semakin terbatasnya lahan yang dapat dipakai untuk
bertani. Perkembangan penduduk yang semakin besar membuat kebutuhan lahan untuk
tempat tinggal dan berbagai sarana pendukung kehidupan masyarakat juga
bertambah. Perkembangan industri juga membuat pertanian beririgasi teknis
semakin berkurang.
Selain berkurangya lahan
beririgasi teknis, tingkat produktivitas pertanian per hektare juga relatif
stagnan. Salah satu penyebab dari produktivitas ini adalah karena pasokan $air yang mengairi lahan pertanian juga berkurang.
Banyak waduk dan embung serta saluran irigasi yang ada perlu diperbaiki.
Hutan-hutan tropis yang kita miliki juga semakin berkurang, ditambah lagi
dengan siklus cuaca El Nino-La Nina karena pengaruh pemanasan global semakin
mengurangi pasokan air yang dialirkan dari pegunungan ke lahan pertanian.
Sesuai dengan
permasalahan aktual yang kita hadapi masa kini, kita akan mengalami kesulitan
dalam memenuhi kebutuhan pangan di dalam negeri. Di kemudian hari kita mungkin
saja akan semakin bergantung dengan impor pangan dari luar negeri. Impor memang
dapat menjadi alternatif solusi untuk memenuhi kebutuhan pangan kita, terutama
karena semakin murahnya produk pertanian, seperti beras yang diproduksi oleh
Vietnam dan Thailand. Namun, kita juga perlu mencermati bagaimana arah ke depan
struktur perekonomian Indonesia, dan bagaimana struktur tenaga kerja yang akan
terbentuk berdasarkan arah masa depan struktur perekonomian Indonesia.
Struktur tenaga kerja kita sekarang masih didominasi oleh sektor pertanian sekitar 42,76 persen (BPS 2009), selanjutnya sektor perdagangan, hotel, dan restoran sebesar 20.05 persen, dan industri pengolahan 12,29 persen. Pertumbuhan tenaga kerja dari 1998 sampai 2008 untuk sektor pertanian 0.29 persen, perdagangan, hotel dan restoran sebesar 1,36 persen, dan industri pengolahan 1,6 persen.
Struktur tenaga kerja kita sekarang masih didominasi oleh sektor pertanian sekitar 42,76 persen (BPS 2009), selanjutnya sektor perdagangan, hotel, dan restoran sebesar 20.05 persen, dan industri pengolahan 12,29 persen. Pertumbuhan tenaga kerja dari 1998 sampai 2008 untuk sektor pertanian 0.29 persen, perdagangan, hotel dan restoran sebesar 1,36 persen, dan industri pengolahan 1,6 persen.
Sedangkan pertumbuhan
besar untuk tenaga kerja ada di sektor keuangan, asuransi, perumahan dan jasa
sebesar 3,62 persen, sektor kemasyarakatan, sosial dan jasa pribadi 2,88 persen
dan konstruksi 2,74 persen. Berdasarkan data ini, sektor pertanian memang hanya
memiliki pertumbuhan yang kecil, namun jumlah orang yang bekerja di sektor itu
masih jauh lebih banyak dibandingkan dengan sektor keuangan, asuransi,
perumahan dan jasa yang pertumbuhannya paling tinggi.
Data ini juga
menunjukkan peran penting dari sektor pertanian sebagai sektor tempat mayoritas
tenaga kerja Indonesia memperoleh penghasilan untuk hidup. Sesuai dengan
permasalahan di sektor pertanian yang sudah disampaikan di atas, maka kita
mempunyai dua strategi yang dapat dilaksanakan untuk pembukaan lapangan
pekerjaan bagi masyarakat Indonesia di masa depan.
Strategi pertama adalah
melakukan revitalisasi berbagai sarana pendukung sektor pertanian, dan
pembukaan lahan baru sebagai tempat yang dapat membuka lapangan pekerjaan baru
bagi masyarakat Indonesia. Keberpihakan bagi sektor pertanian, seperti
ketersediaan pupuk dan sumber daya yang memberikan konsultasi bagi petani dalam
meningkatkan produktivitasnya, perlu dioptimalkan kinerjanya. Keberpihakan ini
adalah insentif bagi petani untuk tetap mempertahankan usahanya dalam
pertanian. Karena tanpa keberpihakan ini akan semakin banyak tenaga kerja dan
lahan yang akan beralih ke sektor-sektor lain yang insentifnya lebih menarik.
Strategi kedua adalah
dengan mempersiapkan sarana dan prasarana pendukung bagi sektor lain yang akan
menyerap pertumbuhan tenaga kerja Indonesia. Sektor ini juga merupakan sektor
yang jumlah tenaga kerjanya banyak, yaitu sektor perdagangan, hotel, dan
restoran serta industri pengolahan. Sarana pendukung seperti jalan, pelabuhan,
listrik adalah sarana utama yang dapat mengakselerasi pertumbuhan di sektor
ini.
Struktur perekonomian
Indonesia sekarang adalah refleksi dari arah perekonomian yang dilakukan di
masa lalu. Era orde baru dan era reformasi juga telah menunjukkan bahwa sektor
pertanian masih menjadi sektor penting yang membuka banyak lapangan pekerjaan
bagi masyarakat Indonesia. Sektor pertanian juga menyediakan pangan bagi
masyarakat Indonesia.
Saat ini kita mempunyai
kesempatan untuk mempersiapkan kebijakan yang dapat membentuk struktur
perekonomian Indonesia di masa depan. Namun, beberapa permasalahan yang
dihadapi sektor pertanian di masa ini perlu segera dibenahi, sehingga kita
dapat meneruskan hasil dari kebijakan perekonomian Indonesia yang sudah
dibangun puluhan tahun lalu, dalam meningkatkan kesejahteraan rakyat Indonesia
sampai saat sekarang ini.
Peranan Sektor Pertanian
Terhadap Perekonomian Indonesia Di Masa Depan Kontibusi
terhadap kesempatan kerja
Kalau dilihat pola perubahan kesempatan kerja
di pertanian dan industri manufaktur, pangsa kesempatan kerja dari sektor
pertama menunjukkan suatu pertumbuhan tren yang menurun, sedangkan di sektor
kedua meningkat. Perubahan struktur kesempatan kerja ini sesuai dengan yang di
prediksi oleh teori mengenai perubahan struktur ekonomi yang terjadi dari suatu
proses pembangunan ekonomi jangka panjang, yaitu bahwa semakin tinggi
pendapatan per kapita, semakin kecil peran dari sektor primer, yakni
pertambangan dan pertanian, dan semakin besar peran dari sektor sekunder,
seperti manufaktur dan sektor-sektor tersier di bidang ekonomi. Namun semakin
besar peran tidak langsung dari sektor pertanian, yakni sebagai pemasok bahan
baku bagi sektor industri manufaktur dan sektor-sektor ekonomi lainnya.
Struktur tenaga kerja
kita sekarang masih didominasi oleh sektor pertanian sekitar 42,76
persen (BPS 2009), selanjutnya sektor perdagangan, hotel, dan restoran sebesar
20.05 persen, dan industri pengolahan 12,29 persen. Pertumbuhan tenaga kerja
dari 1998 sampai 2008 untuk sektor pertanian 0.29 persen, perdagangan, hotel
dan restoran sebesar 1,36 persen, dan industri pengolahan 1,6 persen.
Sedangkan pertumbuhan
besar untuk tenaga kerja ada di sektor keuangan, asuransi, perumahan dan jasa
sebesar 3,62 persen, sektor kemasyarakatan, sosial dan jasa pribadi 2,88 persen
dan konstruksi 2,74 persen. Berdasarkan data ini, sektor pertanian memang hanya
memiliki pertumbuhan yang kecil, namun jumlah orang yang bekerja di sektor itu
masih jauh lebih banyak dibandingkan dengan sektor keuangan, asuransi,
perumahan dan jasa yang pertumbuhannya paling tinggi.
Data ini juga
menunjukkan peran penting dari sektor pertanian sebagai sektor tempat mayoritas
tenaga kerja Indonesia memperoleh penghasilan untuk hidup. Sesuai dengan
permasalahan di sektor pertanian yang sudah disampaikan di atas, maka kita
mempunyai dua strategi yang dapat dilaksanakan untuk pembukaan lapangan
pekerjaan bagi masyarakat Indonesia di masa depan.
Strategi pertama adalah melakukan
revitalisasi berbagai sarana pendukung sektor pertanian, dan pembukaan lahan
baru sebagai tempat yang dapat membuka lapangan pekerjaan baru bagi masyarakat
Indonesia. Keberpihakan bagi sektor pertanian, seperti ketersediaan pupuk dan
sumber daya yang memberikan konsultasi bagi petani dalam meningkatkan
produktivitasnya, perlu dioptimalkan kinerjanya. Keberpihakan ini adalah
insentif bagi petani untuk tetap mempertahankan usahanya dalam pertanian.
Karena tanpa keberpihakan ini akan semakin banyak tenaga kerja dan lahan yang
akan beralih ke sektor-sektor lain yang insentifnya lebih menarik.
Strategi kedua adalah dengan
mempersiapkan sarana dan prasarana pendukung bagi sektor lain yang akan
menyerap pertumbuhan tenaga kerja Indonesia. Sektor ini juga merupakan sektor
yang jumlah tenaga kerjanya banyak, yaitu sektor perdagangan, hotel, dan
restoran serta industri pengolahan. Sarana pendukung seperti jalan, pelabuhan,
listrik adalah sarana utama yang dapat mengakselerasi pertumbuhan di sektor
ini.
Struktur perekonomian
Indonesia sekarang adalah refleksi dari arah perekonomian yang dilakukan di
masa lalu. Era orde baru dan era reformasi juga telah menunjukkan bahwa sektor
pertanian masih menjadi sektor penting yang membuka banyak lapangan pekerjaan
bagi masyarakat Indonesia. Sektor pertanian juga menyediakan pangan bagi
masyarakat Indonesia.
Saat ini kita mempunyai
kesempatan untuk mempersiapkan kebijakan yang dapat membentuk struktur
perekonomian Indonesia di masa depan. Namun, beberapa permasalahan yang
dihadapi sektor pertanian di masa ini perlu segera dibenahi, sehingga kita
dapat meneruskan hasil dari kebijakan perekonomian Indonesia yang sudah
dibangun puluhan tahun lalu, dalam meningkatkan kesejahteraan rakyat Indonesia
sampai saat sekarang ini.
Kontribusi pertanian terhadap devisa
Pertanian juga mempunyai kontribusi yang
besar terhadap peningkatan devisa, yaitu lewat peningkatan ekspor dan atau
pengurangan tingkat ketergantungan Negara tersebut terhadap impor atas komoditi
pertanian. Komoditas ekspor pertanian Indonesia cukup bervariasi mulai dari
getah karet, kopi, udang, rempah-rempah, mutiara, hingga berbagai macam sayur
dan buah.
Peran pertanian dalam peningkatan devisa bisa
kontradiksi dengan perannya dalam bentuk kontribusi produk. Kontribusi produk
dari sector pertanian terhadap pasar dan industri domestic bisa tidak besar
karena sebagian besar produk pertanian di ekspor atau sebagian besar kebutuhan
pasar dan industri domestic disuplai oleh produk-produk impor. Artinya
peningkatan ekspor pertanian bisa berakibat negative terhadap pasokan pasar
dalam negeri, atau sebaliknya usaha memenuhi kebutuhan pasar dalam negeri bisa
menjadi suatu factor penghambat bagi pertumbuhan ekspor pertanian. Untuk
mengatasinya ada dua hal yang perlu dilakukan yaitu menambah kapasitas produksi
dan meningkatkan daya saing produknya. Namun bagi banyak Negara agraris,
termasuk Indonesia melaksanakan dua pekerjaan ini tidak mudah terutama karena
keterbatasan teknologi, SDM, dan modal.
Pada 2009 ekspor produk pertanian Indonesia
baru mencapai 2,46 persen dari total produksi beras yang dihasilkan petani di
berbagai provinsi dengan jumlah mencapai 69,5 juta ton gabah kering giling
(GKG).
Selain untuk ekspor produksi padi juga untuk
memenuhi program bantuan beras rakyat miskin (Raskin) yang setiap bulannya
dibutuhkan 260 ribu ton serta untuk cadangan pangan nasional setiap akhir tahun
lebih dari 1,5 juta ton.
Kontribusi pertanian terhadap produktivitas
Banyak orang memperkirakan bahwa dengan laju
pertumbuhan penduduk di dunia yang tetap tinggi setiap tahun, sementara
lahan-lahan yang tersedia untuk kegiatan-kegiatan pertanian semakin sempit,
maka pada suatu saat dunia akan mengalami krisis pangan (kekurangan stok),
seperti juga diprediksi oleh teori Malthus. Namun keterbatasan stok pangan bisa
diakibatkan oleh dua hal: karena volume produksi yang rendah ( yang disebabkan
oleh faktor cuaca atau lainnya), sementara permintaan besar karena jumlah
penduduk dunia bertambah terus atau akibat distribusi yang tidak merata ke sluruh
dunia.
Mungkin sudah merupakan evolusi alamiah
seiring dnegan proses industrialisasi dimana pangsa output agregat (PDB) dari
pertanian relatif menurun, sedangkan dari industri manufaktur dan sektor-sektor
skunder lainnya, dan sektor tersier meningkat. Perubahan struktur ekonomi
seperti ini juga terjadi di Indonesia. Penurunan kontribusi output dari
pertanian terhadap pembentukan PDB bukan berarti bahwa volume produksi
berkurang (pertumbuhan negatif). Tetapi laju pertumbuhan outputnya lebih lambat
dibandingkan laju pertumbuhan output di sektor-sektor lain.
Bukan hanya dialami oleh Indinesia tetapi
secara umum ketergantungan negara agraris terhadap impor pangan semakin besar,
jika dibandingkan dengan 10 atau 20 tahun yang lalu, misalnya dalam hal beras.
Setiap tahun Indonesia harus mengimpor beras lebih dari 2 juta ton. Argumen
yang sering digunakan pemerintah untuk membenarkan kebijakan M-nya adalah bahwa
M beras merupakan suatu kewajiban pemerintah yang tak bisa dihindari, karena
ini bukan semata-mata hanya menyangkut pemberian makanan bagi penduduk, tapi
juga menyangkut stabilitas nasional (ekonomi, politik, dan sosial).
Kemampuan Indonesia meningkatkan produksi
pertanian untuk swasembada dalam penyediaan pangan sangat ditentukan oleh
banyak faktor eksternal maupun internal. Satu-satunya faktor eksternal yang
tidak bisa dipengaruhi oleh manusia adalah iklim, walaupun dengan kemajuan
teknologi saat ini pengaruh negatif dari cuaca buruk terhadap produksi
pertanian bisa diminimalisir. Dalam penelitian empiris, factor iklim biasanya
dilihat dalam bentuk banyaknya curah hujan (millimeter). Curah hujan
mempengaruhi pola produksi, pola panen, dan proses pertumbuhan tanaman.
Sedangkan factor-faktor internal, dalam arti bisa dipengaruhi oleh manusia, di
antaranya yang penting adalah lusa lahan, bibit, berbagai macam pupuk (seperti
urea, TSP, dan KCL), pestisida, ketersediaan dan kualitas infrastruktur,
termasuk irigasi, jumlah dan kualitas tenaga kerja (SDM), K, dan T. kombinasi
dari faktor-faktor tersebut dalam tingkat keterkaitan yang optimal akan
menentukan tingkat produktivitas lahan (jumlah produksi per hektar) maupun
manusia (jumlah produk per L/petani). Saat ini Indonesia, terutama pada sektor
pertanian (beras) belum mencukupi kebutuhan dalam negeri. Ini berarti Indonesia
harus meningkatkan daya saing dan kapasitas produksi untuk menigkatkan
produktivitas pertanian.
Nilai tukar petani
Nilai tukar petani (NTP) adalah rasio antara indeks harga yang diterima petani dengan indeks harga yang dibayar petani yang dinyatakan dalam persentase. Nilai tukar petani merupakan salah satu indikator dalam menentukan tingkat kesejahteraan petani. Pengumpulan data dan perhitungan NTP di Indonesia dilakukan oleh Biro Pusat StatistikIndeks harga yang diterima petani (IT) adalah indeks harga yang menunjukkan perkembangan harga produsen atas hasil produksi petani. Dari nilai IT, dapat dilihat fluktuasi harga barang-barang yang dihasilkan petani. Indeks ini digunakan juga sebagai data penunjang dalam penghitungan pendapatan sektor pertanian.
IT dihitung berdasarkan nilai jual hasil pertanian yang dihasilkan oleh petani, mencakup sektor padi, palawija, hasil peternakan, perkebunan rakyat, sayuran, buah, dan hasil perikanan (perikanan tangkap maupun budi daya).
Indeks harga yang dibayar petani (IB) adalah indeks harga yang menunjukkan perkembangan harga kebutuhan rumah tangga petani, baik kebutuhan untuk konsumsi rumah tangga maupun kebutuhan untuk proses produksi pertanian. Dari IB, dapat dilihat fluktuasi harga barang-barang yang dikonsumsi oleh petani yang merupakan bagian terbesar dari masyarakat di pedesaan, serta fluktuasi harga barang yang diperlukan untuk memproduksi hasil pertanian. Perkembangan IB juga dapat menggambarkan perkembangan inflasi di pedesaan.
IB dihitung berdasarkan indeks harga yang harus dibayarkan oleh petani dalam memenuhi kebutuhan hidupnya dan penambahan barang modal dan biaya produksi, yang dibagi lagi menjadi sektor makanan dan barang dan jasa non makanan.
Secara umum NTP menghasilkan 3 pengertian :
- NTP > 100 berarti NTP pada suatu periode tertentu lebih baik dibandingkan dengan NTP pada tahun dasar, dengan kata lain petani mengalami surplus. Harga produksi naik lebih besar dari kenaikan harga konsumsinya. Pendapatan petani naik dan menjadi lebih besar dari pengeluarannya.
- NTP = 100 berarti NTP pada suatu periode tertentu sama dengan NTP pada tahun dasar, dengan kata lain petani mengalami impas. Kenaikan/penurunan harga produksinya sama dengan persentase kenaikan/penurunan harga barang konsumsi. Pendapatan petani sama dengan pengeluarannya.
- NTP < 100 berarti NTP pada suatu periode tertentu menurun dibandingkan NTP pada tahun dasar, dengan kata lain petani mengalami defisit. Kenaikan harga produksi relatif lebih kecil dibandingkan dengan kenaikan harga barang konsumsinya. Pendapatan petani turun dan lebih kecil dari pengeluarannya.
Orientasi pembangunan saat ini yang berfokus pada industri dan modal cenderung mengesampingkan pembangunan pertanian pedesaan, sehingga indikator nilai tukar petani tidak masuk ke dalam tujuan pembangunan
10.3 Investasi di Sektor
Pertanian
Pemerintah berkomitmen untuk mendorong pertumbuhan
investasi di sektor pertanian khususnya holtikutura (buah dan sayur) terutama
sektor hulu dan hilir. Karena industri perbenihan, pupuk dan pestisida masih
sangat terbuka lebar. Sektor ini diharapkan mampu memberikan nilai tambah
bagi ekonomi nasional. Karena sebagai negara agraris, Indonesia menempatkan
sektor pertanian sebagai salah satu primadona dalam memacu pembangunan
nasional.
Minat investasi di sektor pertanian pangan masih
rendah, kendati memiliki peluang besar. Padahal, sektor swasta memegang peran
penting dalam pengembangan pertanian pangan. Ketua
Umum Kontak Tani Nelayan Andalan (KTNA), Winarno Tohir mengatakan, petani
tanaman pangan memerlukan dukungan swasta, karena kemitraan yang selama ini
terjalin antara petani dan swasta mampu meningkatkan kesejahteraan petani.
Pemerintah
menyarankan para investor lebih memperhatikan sektor pangan sebagai salah satu
sektor penting dalam berinvestasi saat ini. Sebab, di tengah ancaman krisis
pangan dunia, sektor pangan akan meraup keuntungan cukup besar. Dengan kondisi
krisis pangan dunia, sektor pangan akan menjadi permasalahan tidak hanya di
Indonesia, tapi juga dunia. Kondisi itu dapat menjadi peluang bagi para
investor.
Sektor
pertanian di Indonesia terus diupayakan untuk ditingkatkan di tengah ketatnya
persaingan global. Peningkatan sektor pertanian turut berkontribusi untuk
menarik investor menanamkan modalnya di pasar domestik.
Keterkaitan Pertanian dengan Industri Manufaktur
Kondisi
industry di Indonesia ketika diterpa krisis ekonomi menunjukan bahwa strategi
pengembangan industry yang selalu mengandalkan industi manufaktur ternyata
sangat rapuh. Di sisi lain tampak kebutuhan akan pengembangan industry
pertanian yang berbahan baku pertanian local semakin mendesak untuk ditangani
Industry
pertanian sebagaimana industry manufaktur lainnya mempunyai keterkaitan sangat
erat dengan berbagai komponen penyusunnya sehingga pendekatan secara
komprehensif sangat diperlukan saat penyediaan solusi permasalahan yang tepat
sasaran.
Perkembangan
indusri pertanian merupakan salah satu kegiatan ekonomi Indonesia yang memiliki
prospek cerah untuk menjadi tulang punggung pembangunan dengan landasan
idealism petanian yang kuat.Factor pendukung industry pertanian yang utama
adalah terdapatya sumber daya alam yang selalu dapat diperbarui dan
keterkaitannya dengan tingkat tekologi yang semakin maju.Factor kedua adalah
terdapatnya cukup banyak tenaga kerja yang kerja dengan latar belakang
pendidikan yang memadai.Industry pertanian merupakan kegiatan untuk mendapatkan
nilai tambah yang optimal dari bahan mentah hasil pertanian sehingga dapat
menjadi wahana peningkatan kemakmuran ekonomi masyarakat.Factor ketiga adalah
pasar domestic dan international yang selalu membutuhkan produk pertanian.
Pengkajian
pengembangan dan penerapan teknologi dengan melibatkan ilmu-ilmu kimia,
matematik, fisika, keteknikan dan biologi untuk konservesi tanah, memproduksi
hasil pertanian dan mengubahnya menjadi bentuk-bentuk sajian termasuk cara-cara
pengawetannya, yang mempunyai nilai tambah di dalam kualitas, nilai gizi dan
daya gunanya serta siap untuk dimanfaatkan sebagai bahan industry, perdanganan
dan bahan konsumsi dengan mengadakan optimasi proses dan manajemen di dalam
system produksi hayati.
Salah satu penyebab krisis ekonomi adalah
kesalahan industrialisasi yg tidak berbasis pertanian.Hal ini terlihat bahwa
laju pertumbuhan sector pertanian (+) walaupu kecil, sedangkan industri
manufaktur (-). Jepang, Taiwan & Eropa dlm memajukan
industri manufaktur diawali dg revolusi sector pertanian.
Alasan sector pertanian harus kuat dlm proses
industrialisasi:
· Sektor
pertanian kuat; pangan terjamin, tidak ada lapar, dan kondisi social
politik stabil
· Sudut
Permintaan; Sektor pertanian kuat, pendapatan riil perkapita
naik, permintaan oleh petani thd produk industri manufaktur naik berarti
industri manufaktur berkembang &output industri menjadi input sektor
pertanian
· Sudut
Penawaran; permintaan produk pertanian sebagai bahan baku oleh
industri manufaktur.
· Kelebihan
output siktor pertanian digunakan sebagai investasi sektor industri
manufaktur seperti industri kecil dipedesaan.
Kenyataan di Indonesia keterkaitan produksi
sektor pertanian dam industri manufaktur sangat lemah dan kedua sektor tersebut
sangat bergantung kepada barang impor.
Sumber:
Rabu, 20 April 2016
TULISAN 4 PEREKONOMIAN INDONESIA
Permasalahan Pangan
Indonesia diprediksi akan mengalami
krisis pangan pada 2017 atau 7 tahun mendatang bila melihat ketimpangan antara
jumlah penduduk dan ketersediaan lahan pangan yang makin tidak seimbang dewasa
ini.
Dengan laju pertumbuhan penduduk 1,3 sampai 1,5 persen, sementara luas lahan pertanian tidak mengalami penambahan, dikhawatirkan pada 7 atau 10 tahun nanti krisis pangan akan melanda negara ini. Pasalnya, berdasarkan proyeksi kebutuhan beras bangsa Indonesia pada 2009, diperlukan penambahan produksi beras sebanyak 1,8 juta ton atau setara dengan tiga juta ton gabah kering giling setiap tahun. Untuk itu diperlukan penambahan areal sawah seluas 600.000 hektar.
Dengan laju pertumbuhan penduduk 1,3 sampai 1,5 persen, sementara luas lahan pertanian tidak mengalami penambahan, dikhawatirkan pada 7 atau 10 tahun nanti krisis pangan akan melanda negara ini. Pasalnya, berdasarkan proyeksi kebutuhan beras bangsa Indonesia pada 2009, diperlukan penambahan produksi beras sebanyak 1,8 juta ton atau setara dengan tiga juta ton gabah kering giling setiap tahun. Untuk itu diperlukan penambahan areal sawah seluas 600.000 hektar.
Permasalahan yang paling besar
dialami bangsa Indonesia saat ini terletak pada sektor pertanahan, dengan
kondisi negara sekarang mengalami keterbatasan sumberdaya lahan yang cocok
untuk dikembangkan. Sempitnya lahan yang dimiliki petani dan masalah sengketa
tanah, juga menjadi persoalan yang cukup besar dalam mengembangkan produksi pangan
di Indonesia. Tahun 2007. Kebutuhan lahan ini sebenarnya bisa saja dipenuhi
bila tidak terjadi konversi lahan pertanian ke peruntukan lain, seperti pabrik,
mall dan permukiman. Ketersediaan lahan potensial untuk perluasan areal tanaman
pangan saat ini nyaris sudah tidak ada lagi. Saat ini, permasalahan yang
dihadapi bangsa Indonesia pada sektor pertanian adalah tingginya tekanan
terhadap sumber daya lahan karena terjadi peningkatan jumlah penduduk sekitar
1,34 persen per tahun, sementara luas lahan pertanian relatif tetap. Bila hal
ini tidak segera diatasi, bangsa Indonesia juga akan sulit melepaskan diri dari
ketergantungan pada pasokan pangan dari luar (impor).
Ketergantungan impor pangan bangsa
Indonesia terhadap negara lain sangat tinggi. Impor pangan yang meningkat ini
akan memperlemah pekonomian bangsa Indonesia karena devisa yang susah payah
diperoleh dibelanjakan untuk hal-hal yang bersifat konsumtif yang sebenarnya
dapat diproduksi sendiri. Selain masalah ketersediaan pangan, tantangan
terbesar bangsa Indonesia dalam bidang pertanian adalan peningkatan kualitas
pangan rakyat. Hal ini dinilai penting karena kualitas pangan dari Indonesia
relatif kurang baik. Padahal, kualitas pangan tersebut sangat mempengaruhi
kualitas sumber daya manusia baik secara fisik dan kecerdasan karena memenuhi
standar gizi. Tidak akan ada perbaikan kualitas SDM negara ini tanpa perbaikan
gizi masyarakatnya.
Masalah bidang produksi pangan
lainnya yakni sentral produksi pangan hanya didaerah tertentu hampir 60% dari
produksi pangan Indonesia berasal dari jawa dengan 40 % diantaranya di Jawa
Timur, Sebuah provinsi di jawa yang luasnya hanya 2,5% dari luas dartan
Indonesia dan dengan jumlah penduduknya 14,8% dari jumlah penduduk Indonesia.
Pemusatan produksi menimbullkan berbagai kerumitan dalam pemasaran dan
distribusi pangan, mengingat bahwa Indonesia adalah negara kepulauan dengan
3000 pulau yang didiami penduduk. Masalah lain yang dihadapi keadaan geografis
seperti terbatasnya persediaan sarana dan prasarana perhubungan.
Selain itu, produksi pangan masih
tergantung pada musim. Pada musim penghujan hasil panen akan tinggi atau
meningkat sedangkan pada musim kemarau hasil penen menurun. Produksi pangan di
Indonesia selain tidak merata menurut tempat, tetapi juga tidak merata menurut
waktu. Dilihat dari segi distribusi hampir 70% dari produksi pangan dari
biji-bijian dipanen pada periode januari sampai juni. Tampaklah bahwa tekanan
terhadap distribusi pangan mempunyai banyak kendala tambahan, di mana keadaan
ini sudah tentu akan banyak berpengaruh terhadap harga yang diterima petani
maupun harga yang harus dibayar konsumen. Dalam hal ini petani sering tidak
diuntungkan dengan tidak mampunya pemerintah untuk memprediksi dan
menanggulangi hujan deras yang berakibat pada terendamnya tanaman pangan petani,
bahkan beberapa tanaman tersebut sudah siap panen. Walaupun pemerintah sudah
menetapkan harga dasar komoditas pertanian tertentu, tetapi sering kali
pemerintah lamban dalam mengantisipasi kecenderungan penurunan harga komoditas
pertanian. Di Negara – Negara maju petani disubsidi oleh pemerintah agar petani
dapat menyediakan kebutuhan pangan bagi masyarakat.
Di sisi lain produksi pangan
bersifat fluktuasi, sangat dipengaruhi oleh keadaan cuaca, gangguan hama,
penyakit dan gangguan alam. Dilain pihak konsumsi pangan cenderung meningkat
mengikuti pertambahan jumlah penduduk dan kenaiakan pendapatan.
Langganan:
Postingan (Atom)